Jumat, 04 November 2011

JUZ 22: WAMAN YAQNUT (AL AHZAB 31 - YASIN 21)

 
JUZ 22: WAMAN YAQNUT (AL AHZAB 31 - YASIN 21)

Rahmaan Rahiim
Di antara doa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, yang artinya: “Ya Alloh, tolonglah daku dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan.”(HR: Muslim)

Ku bersihkan jiwa ragaku dengan air yang mengalir seijin Allah dan ku mulai membuka lembaran kitab Suci Al Quran juz 22:

.عوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحم

Dan barang siapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Alah dan RasulNya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia (Al Ahzab 31) Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya (Memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (43) Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami (Kami berfirman):" Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbilah berulang-ulang bersama daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (Saba'10)

Tasbih dalam bahasa Arab disebut dengan as-subhah atau al-misbahah. Yaitu untaian mutiara atau manik-manik dengan benang yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah tasbih (bacaan Subhanallah), doa dan shalawat. Dan ternyata pada masa Rasulullah pemakaian tasbih ini sudah dilaksanakan. Dalam sebuah hadits dijelaskan:

“Diriwayatkan dari Aisyah binti Sa’d bin Abi Waqash dari ayahnya bahwa dia bersama Rasulullah SAW pernah masuk ke rumah seorang perempuan. Perempuan itu memegang biji-bijian atau krikil yang digunakan untuk menghitung bacaan tasbih. Lalu Rasulullah SAW bersabda:


أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُعَلَيْكِ مِنْ هَذَا أوْ أفْضَلُ فَقَالَ قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلِقَ فِي الأرْضِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَابَيْنَ ذَلِكَ، سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَاهُوَ خَالِقٌ، وَاللهُ أكْبَرُمِثْلَ ذَلِكَ‘وَالْحَمْد ُلِلّهِ مِثْلُ ذَلِكَ، وَلَاإلهَ إلَّااللهُ مِثْلَ ذَلِكَ‘وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إلاَّباِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ مَثْلُ ذَلِكَ

Aku akan memberitahu dirimu hal-hal yang lebih mudah kamu kerjakan atau lebih utama dari menggunakan kerikil ini. Bacalah “Maha Suci Allah” sebanyak bilangan makhluk langit, “Maha Suci Allah” sebanyak hitungan makhluk bumi, “Maha Suci Allah” sebilangan makhluk antara langit dan bumi, “Maha Suci Allah” sebagai Sang Khaliq. “Segala Puji Bagi Allah” seperti itu pula (bilangannya), “Tiada Tuhan Selain Allah” seperti itu pula, ”Allah Maha Besar” seperti itu pula, dan ”Tidak Ada Upaya dan Kekuatan Seian dari Allah” seperti itu pula." (HR Tirmidzi)

Menomentari hadits ini Abi al-Hasanat Abdul Hayyi bin Muhammad Abdul Halim al-Luknawi dalam Nuzhah al-Fikri fi Sabhah ad-Dzikr mengatakan, Rasulullah SAW tidak mengingkari apa yang dilakukan wanita itu. Hanya saja beliau bermaksud untuk memudahkan dan meringankan wanita itu serta memberi tuntutan bacaan yang umum dalam tasbih yang memiliki keutamaan yang besar.

Bertolak dari pendapat ini, kami bisa memahami bahwa para sahabat sudah biasa menggunakan biji-bijian atau kerikil untuk mempermudah di dalam menghitung dzikir-dzikir yang dibaca sehari-hari. Dan hal itu ternyata tidak pernah dipungkiri oleh Rasulullah SAW.

Ini membuktikan bahwa Nabi mengamini (setuju) terhadap apa yang dilakukan oleh para Sahabat itu. Oleh sebab itu, memakai tasbih dalam berdzikir bukannya bid’ah dhalalah (hal baru yang menyesatkan) sebagaimana yang diklaim oleh beberapa orang selama ini. Sebab jika memang menggunakan tasbih itu termasuk hal-hal yang menyesatkan niscaya sejak awal Rasul sudah melarang para sahabat untuk memakainya. (KH Muhyiddin Abdushomad, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember)

Malam makin larut ku pun makin larut dalam bertasbih menyebut-nyebut namaMu
Semuanya ikut  bertasbih pohonan, binatang, gunung, bintang, bulan, jin, malaikat 
Dengan bertasbih ini membuat hati ku yang gelap menjadi terang disinari cahayaNya
Senandung bertasbih mengingat kebesaran Allah menentram alam raya

Butiran tasbih yang ada pada mu jangan lah di jadikan perhiasan dan simbol belaka
Bilangan yang ada dalam bertasbih menguatkan kita untuk meraih janji Allah
 
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga) ( 37) Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, empat. Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang dihendakiNya . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ( Fatir 1) Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-sekali janganlah kehidupan dunia memperdaya kamu  dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdaya kamu tentang Allah (5)

Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan Ar-Rasul.
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki 1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil.
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan  tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat  atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga

Sifat-sifat malaikat yang diyakini  adalah sebagai berikut:
  1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.
  2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya.
  3. Selalu takut dan taat kepada Allah.
  4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.
  5. Mempunyai sifat malu.
  6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.
  7. Tidak makan dan minum.
  8. Mampu mengubah wujudnya.
  9. Memiliki kekuatan  dan kecepatan cahaya.
Dan Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum krabatnnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya.  dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali (mu) ( 18) Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembita dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan ( 24) Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh) (Yasin 12)

Lauh Mahfudz disebut di dalam Al Qur’an sebanyak 13 kali. Diantaranya dalam surat Az Zukhruf 43:4, Qaf 50:4, An Naml 27:75.
Nama lain dari Lauh Mahfudz ini adalah Induk Kitab (ummul kitab) dan Kitab yang Terpelihara (Kitabbim Maknuun), “….pada kitab yang terpelihara (lauhul Mahfudz)..Surat Al Waqi’ah, 56:78).
Kitab yang Nyata (Kitabbim Mubiin)..” tiada sesuatupun yang gaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (lauh Mahfudz)…Surat An Naml (27:75).

Dalam Islam dijelaskan, Allah SWT telah mencatat segala kejadian-kejadian di dalam Lauh Mahfudz dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Baik berupa kisah nabi, pengetahuan, tentang penciptaan alam semesta dan lain-lain. Semua itu ada dalam Lauh Mahfudz.
Meskipun demikian, semua yang telah tercatat dalam Lauh mahfudz tersebut, khususnya yang menyangkut masa depan dapat dihapus atau dirubah oleh Allah SWT. Inilah yang dimaksud dengan takdir.
Semua takdir dapat berubah atas kehendak Allah SWT. Adapun yang dapat merubah takdir yang tertulis dalam Lauh Mahfudz adalah doa dan usaha. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiada yang bisa merubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik”.


Pintu pagi baru saja terbuka menyongsong kehidupan hari ini
Lakukan yang terbaik untuk memuliakan Allah
Kesungguhan untuk mensucikan diri dari perbuatan masa lalu yang kelam
Menyadari dosa yang telah dicatat Lauh Mahfudz tidak bisa di hapus
Penderitaan panjang membuat bathin merintih

Langkahku  hari ini tuk menentukan langkahku  hari selanjutnya
Aku ingin menjadi sesuatu yang luar biasa bagi hidup ku dan orang-orang sekelilingku
Hanya diriku yang bisa mengubah itu semuanya dengan usaha dan doa
Tekadku sudah bulat menemani hati ku berkhalwat dengan Allah 
Ya Robb...dalam  hidupku kesendirianku kini Kaulah sandaran hati, hanya Engakaulah yang ku tuju untuk mendapat keberkahan dan cintaMu. Tuntunlah hati ku ketempat yang terpuji.

SubhanAllah...Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar