Minggu, 16 Oktober 2011

Bercinta dengan Allah disaat Shalatmu




Saat panggilan Illahi berkumandang
Tinggalkan lah segala urusan duniamu
Tancapkan di hatimu berniat shalat bersujud pada Allah
Bersihkan jasad mu dengan berwudhu
Satukan hati dan pikiranmu hanya berdialog pada Allah
Tegakan jasad dan rohmu menghadap pada Sang Pencipta

Rasakan kebesaran Allah melebihi langit dan bumi
Rasakan Allah hadir bersamamu
Rasakan rasa takjubmu terhadap keagungan Allah dan takut siksa-Nya.
Rasakan merasa malu kepada Allah atas segala kekurangan dan kecacatan diri
Berharaplah shalat diterima dan diberi pahala oleh Allah.

Rasakan Pertemuan ini hanya ada engkau sebagai hambaNya dengan Sang Pencipta
Terus rasakan..rasakan hanya ada Dia dan aku
Tenangkan jiwa dan hatimu dengan keikhlasanmu
Tumpahkanlah rasa cintamu hanya pada Allah semata
Allah adalah kekasihmu, bercintalah dengan Dia

Bacalah dan pahami setiap Ayat Al Quran dengan tartil (satu-satu dan perlahan)
Berdialoglah engkau pada Allah secara terus menerus
Saat berdiri pasrah, ruku, itidal, tahiyyat, dan sujudmu
Sampaikan segala terima kasihmu, minta ampunanmu dan segala gunda gulanamu
Hingga Engkau asyik bercengkerama dengan Dia
Sibukkan hatimu berdialog pada Allah
Lupa waktu, lupa segalanya karena nikmatnya bercinta dengan Allah
Shalatmu akan lebih lama dari biasanya yang engkau lakukan

Insya Allah...shalat mu mencapai derajat shalat khusyu

SubhanAllah

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya" (QS:Ali Imran: 2)

"Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat" (QS:Al Baqarah:153).

Telah menceritakan kepada kami [Badal bin Al Muhabbar] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] berkata, telah mengabarkan kepadaku [Al Hakam] dari [Ibnu Abu Laila] dari [Al Bara'] berkata : Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama .” (HR. Bukhari). Ruku, sujud, (duduk) antara dua sujud, itidal semuanya sama lamanya dalam thu'maninah/tenang.

Shalat Khusyu’
Al-Quran dan hadits menegaskan pentingnya khusyu’ dalam shalat.

”Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dalam shalatnya” (QS. Al-Ma’un:4-5).


”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS. Al-Mukminun:1-2).

Dari Utsman bin Affan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Tidak seseorang memasuki waktu shalat wajib kemudian ia berwudhu' dan shalat dengan khusyu' dan memelihara ruku'nya, melainkan akan terhapus dosa-dosanya yang telah lalu selama tidak melakukan dosa besar, hal itu berlaku sepanjang masa."  (Muslim) 

“Sesungguhnya seorang lelaki selesai menunaikan solat, namun tidak ditulis pahala untuknya melainkan sepersepuluh, sepersembilan, seperlapan, sepertujuh, sepernam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau seperdua” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban).

“Barangkali seorang yang bangun mengerjakan shalat di malam hari, yang didapatinya hanyalah terjaga di malam hari (yakni tidak ada pahala). Dan barangkai seorang yang berpuasa, yang ia dapat dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga” (HR. At-Tabrani, Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).

Pengertian khusyu’ dalam shalat didefiniskan oleh para sahabat dan ulama sebagai berikut:
  • Khusyu’ hati, tidak berpaling ke kanan atau ke kiri (Ali bin Abi Thalib).
  • Keadaan di dalam jiwa; tetap (tenang) dan merendah diri segala anggota (Imam al-Qurthubi).
  • Hati berkeadaan takut dan mata selalu tunduk –ke tempat sujud. (Imam Zamakhsyari).
  • Merendah diri kepada Allah dengan hati dan segala anggotanya (Imam Al-Jurjani).
  • Keadaan di hati yang takut, muraqabah –selalu memperhatikan Allah, dan merendah diri kepada kebesaran Allah, yang mempengaruhi segala anggota yang membawa berkeadaan tetap, tenang melakukan shalat, tidak berpaling-paling, lalu menangis dan berdoa (Imam al-Kalbi).
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan, khusyuk dalam shalat hendaklah menggabungkan dua bentuk khusyu’: khusyu’ lahir dan batin.
Khusyu’ batin yaitu khusyu’ hati dengan menghadirkan perasaan takut kepada Allah, rendah diri, serta mengharapkan rahmat-Nya, senantiasa berdialog/berbicara/berkomunikasi pada Allah.

Khusyu’ lahir yaitu khusyu’ kepala dengan cara menundukkannya, khusyuk mata dengan cara tidak menoleh atau berpaling-paling, khusyuk tangan dengan meletakkan tangan kanan ke atas tangan kiri dengan penuh hormat, dan khusyuk dua kaki dengan tegaknya berpijak dan berkeadaan tetap, tidak bergerak. Khusyu’ lahir terbit dari khusyu’ batin.

Salah seorang sahabat Nabi Saw, Abdullah bin ‘Umar, pernah menceritakan sentang shalat para sahabat:
“Bila para sahabat Nabi Saw mengerjakan shalat, mereka memberi perhatian bersungguh-sungguh kepada shalat mereka; mereka menundukkan penglihatan mereka ke tempat-tempat sujud dan menyadari sesungguhnya Allah sedang berhadapan dengan mereka; maka tidaklah mereka berpaling ke kanan dan ke kiri”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar